Mengingat saat ini Negara kita sedang Tumbuh baik di Infrastruktur dan Financial, kami akan membahas Tentang Indonesia Siap Dengan Kendaraan Listrik, ini tentu saja menjadi Pandangan menarik bagi semua Masyarakat Indonesia, Jika kita bisa mengembangkan atau bahkan membuat Kendaraan dengan Teknologi Canggih oleh Tangan Anak Bangsa.
Indonesia bertujuan untuk Meraih Rantai pasokan Kendaran Listrik dengan CATL dan Hyundai dari Tambang hingga Baterai dan Mobil untuk Status Hub ASEAN, Indonesia tengah gencar membangun Industri yang memasok Nikel untuk Baterai dan Kendaran Listrik. Pemerintah Bulan lalu Mengakuisisi Saham Utama dalam Penambangan Nikel demi menyusul Kesepakatan Awal dengan Pembuat Baterai Korea Selatan dan China untuk Usaha Patungan Domestik senilai 169 Triliun.
Baru-baru ini Perusahaan Induk MIND ID Mengakuisisi 20% Saham dari Penambang Nikel PT. Vale Indonesia Seharga 5,52 Triliun, Industri Baterai Lithium-ion tersebut diharapkan akan mulai berkembang di Indonesia Tahun Depan, Karena MIND ID telah memenangkan Perjanjian dari Dua Pembuat Baterai Lithium-ion Terbesar di Dunia, yaitu LG Chem Korea Selatan yang akan menjalankan Bisnis Baterai LG Energy Solution pada Tanggal 1 Desember dan Teknologi Amparex Kontemporer China (CATL) yang akan memproduksi Power Pack di Nusantara.
Langkah selanjutnya, Beberapa Tahun lagi adalah Pembuatan Kendaraan Listrik yang menjadikan Indonesia sebagai Tuan Rumah dan Hyundai mengungkapkan ketertarikannya pada PT. Vale Indonesia, Ada juga Unit Lokal Raksasa Pertambangan, yaitu Brazil Vale sebagai Pemasok yang mengoperasikan Empat Tambang Nikel di Pulau Sulawesi. Kepemilikannya di Unit Indonesia sekarang berdiri di 44% yang Menurun dari 59%.
Kepemilikan Sumitomo Metal Mining di 15% yang juga Menurun dari 20%, Menurut Pengajuan Bursa Vale pada Tanggal 7 Oktober. Erick Thohir, Menteri BUMN Indonesia memuji Akuisisi MIND ID atas Unit Lokal Vale, “Ini adalah Langkah yang baik untuk memperkuat Nilai Rantai Indonesia dan untuk Pengembangan Industri Baterai Mobil Listrik sebagai bagian dari Transformasi Sistem Energi.” Ujarnya.
Nikel adalah Bahan Utama dalam Baterai Lithium-ion yang menggerakkan Smartphone, Komputer Pribadi, Kendaran Listrik bahkan beberapa Pesawat Jet. Indonesia yang memiliki Cadangan Nikel Terbesar di Dunia sebesar 21 Juta Ton dan Perkiraan Produksi Tambang sebesar 800.000 Ton pada Tahun 2019, Menurut Data Bulan Januari dari U.S Geological Survey, Pada Bulan itu Pemerintah Indonesia memberlakukan kembali Larangan Ekspor Nikel.
Pengembangan Industri Nikel telah dikritik sebagai Nasionalisme Sumber Daya. MIND ID dan anak Perusahaan Aneka Tambang(ANTAM), Mengendalikan 30% dari Total Cadangan Nikel Indonesia yang lebih dari cukup untuk mendukung Industri Baterai Lokal yang diharapkan dapat Terwujud pada Tahun 2024, Menurut CEO MIND ID Group, Orias Petrus Moedak.
Indonesia membayangkan Manufaktur Baterai Lithium-ion yang memasok Pembuatan Mobil Listrik di tempat lain sebelum Negara tersebut mengembangkan Industri EVnya sendiri. Pemerintah sudah memiliki CATL dan LG Chem, Pembangkit Listrik China dan Korea Selatan adalah Pemasok Tesla dan lainnya, yang memasok General Motors, Hyundai Motor dan BMW Brilliance Automotive. Luhut Pandjaitan, Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Bulan lalu mengatakan “Kami berharap pada Tahun 2024, kami sudah mulai memproduksi Baterai Lithium jenis terbaru NMC 811.”
Moedak mengatakan, MIND ID dan ANTAM akan menjadi bagian dari Usaha Patungan Terpisah, yang direncanakan dengan CATL dan LG Chem. Moedak mengatakan Dua Lokasi Potensial telah disiapkan untuk menjadi Pabrik Baterai Lithium-ion Pertama di Indonesia, Keduanya berada di dekat Tambang Nikel ANTAM di Indonesia Timur. Narasumber dari Kementrian BUMN mengatakan, CATL akan lebih maju dengan Pembangunan Pabrik yang diharapkan dimulai Tahun Depan.
Proyek-Proyek itu diperkirakan menelan Biaya Gabungan Sebesar 169 Triliun, Sedangkan Indonesia menargetkan hingga 281 Triliun, Jika Mitra Ketiga Terwujud, Terkait hal itu Moedak mengatakan, Indonesia telah melakukan Pembicaraan dengan Perusahaan Jepang untuk kerja sama Serupa, Tetapi belum ada Kesepakatan yang dicapai.
Jumlah Stok Kendaraan Listrik di seluruh Dunia Tahun lalu, Melonjak menjadi 7,2 Juta Unit, yang naik dari sekitar 17.000 pada Tahun 2010. Menurut Data dari Badan Energi Internasional, Sebagian besar Pembuat Mobil Global ingin sekali memproduksi Mobil yang lebih Ramah Lingkungan. Indonesia merupakan Pasar Otomotif Terbesar di Asia Tenggara dengan Penjualan 1,03 Juta Unit pada Tahun 2019, Indonesia merupakan Produsen Terbesar Kedua setelah Thailand dengan 1,28 Juta Unit pada Tahun yang sama, Dibanding dengan 2,1 Juta Unit yang diproduksi di Thailand, Menurut Federasi Otomotif ASEAN.
Dengan Cadangan Nikel yang Kaya dan Rencana untuk Membangun Pabrik Baterai Lithium-ion, Indonesia dalam Jangka Panjang mengarahkan Pandangannya untuk menjadi Pusat Regional Kendaraan Listrik. Melihat ke arah itu Pemerintah dan Hyundai, pada November lalu sepakat untuk membangun Pabrik Manufaktur Kendaraan Pertama milik Persero di Indonesia. Total Investasi diperkirakan mencapai 21,1 Triliun hingga Tahun 2030.
Presiden Joko Widodo dalam Pidato Hari Kemerdekaan di Hadapan Parlemen pada Bulan Agustus mengatakan, Negara siap untuk menambah Nilai Nikel dan sekarang sedang dikembangkan menjadi Komponen Utama Baterai. DIa menambahkan, “Itu akan mempersempit Defisit Neraca kita saat ini, Juga menambah Kesempatan Kerja dan mengurangi Dominasi Energi.” Itu akan memberi Indonesia posisi yang sangat Strategis dalam Industri Mobil Listrik Global, Sehingga akan menjadi Penghasil Teknologi Masa Depan.
Dalam Rilis Persnya Hyundai juga mengatakan, Sedang Menjajaki Produksi Kendaraan Listrik Khusus ASEAN di Pabriknya di Indonesia. Hyundai menambahkan bahwa Pihaknya berkomitmen untuk membantu memelihara Ekosistem EVnya di Indonesia. Hyundai juga memiliki tujuan besar, Mobil Listrik untuk dirinya sendiri bersama dengan Perusahaan saudaranya, Kia Motor Corporation, “Kami bertujuan untuk menjadikan Hyundai Motor Group sebagai Produsen Mobil Listrik Terbesar Ketiga di Dunia untuk Tahun 2025.”
Indonesia juga sedang mengincar Kemitraan dengan Nesla untuk Pembuatan Kendaraan Listrik. “Saya baru saja menerima Telepon dari Tesla Amerika.” Kata Pandjaitan, Menteri Investasi. Di awal September, Mereka Tertarik mengembangkan Baterai Lithium-ion di Indonesia, karena mereka melihat Indonesia memiliki Cadangan Nikel Terbesar di Dunia.
Pemerintah sudah mendorong Pembelian Kendaraan Listrik, Ini telah mengurangi Pajak untuk Kendaraan Rendah Bahan Bakar dan Berencana untuk secara bertahap mengganti Mobil Pejabat Pemerintah dengan Model Listrik. Ini juga telah melonggarkan Aturan Pinjaman untuk Pembelian Kendaraan Listrik dan terus mendorong Pembangunan Stasiun Pengisian Daya dengan Target lebih dari 1.500 Stasiun pada Tahun 2024. Namun Ekonomi Terbesar di Asia Tenggara sepertinya tidak memiliki Pasar Kendaraan Listrik yang cukup besar dalam Jangka Menengah. MIND ID memprediksi Indonesia akan mengadopsi Mobil Listrik pada Tahun 2022 dengan Permintaan sebanyak 17.500 Unit.
Sebagai Perbandingan China Tahun lalu yang hanya memiliki 3,35 Juta Mobil Listrik, 47% dari Total Mobil Listrik di Dunia, Analisis dari Fitch Solution, Berpendapat Insentif Pemerintah masih belum cukup untuk Harga Tinggi dibandingkan dengan Kendaraan Bertenaga Mesin Pembakaran Internal, yang akan mendorong sebagian besar Penduduk Negara keluar dari Pasar Potensial untuk Kendaraan Listrik. Itu juga mengutip Infrastruktur yang Terbatas, Fitch mengatakan dalam Catatan September bahwa Prospek Pertumbuhan Jangka Pendek Kendaraan Listrik Indonesia akan dibatasi.
Perubahan itu pasti akan Terjadi di setiap Negara, Hanya Waktunya saja yang Cepat atau Lambat. Bagaimana Pendapat kalian Tentang Indonesia Siap Dengan Kendaraan Listrik, Bagi kalian yang mempunyai Saran bisa Tulis di Kolom Komentar. Jangan lupa Bagikan Artikel kami kepada Orang terdekat kalian, Ikuti juga Sosial Media kami untuk selalu mendapatkan Informasi terbaru, Terima Kasih sudah berkunjung.