Komunikasi Sosial Pendeta Indonesia melakukan Upacara Menanam Pohon Untuk Keselamatan Diri. Pastor Fransiskan Wilibrodus Andreas memberikan Satu Tugas kepada Umatnya yang ingin mengikuti Upacara, Dengan Menanam Pohon atau Menanam Buah di Kebun atau di Tanah yang tidak digunakan. Pastor Paroki Gereja Santo Fransiskus Assisi di Provinsi Nusa Tenggara Timur itu berkata, “Saya menyebut Kegiatan ini sebagai Pohon Sakramen, Saya juga mengingatkan mereka untuk menjadi Orang Tua angkat Pohon agar ada Perawatan yang berkelanjutan.”
Itu adalah Salah Satu dari beberapa Upaya Imam memperkenalkan kepada 8.000 Umat Paroki dari Tujuh Misi Wilayah di Keuskupan Ruteng sebagai bagian dari apa yang disebut Karya Pastoral Transformatif berbasis Ekologi. Setiap Tahun di setiap Stasiun ada Sekitar 100 Orang yang menerima untuk mengikuti Upacara itu, yang berarti Lima atau 10 Tahun kemudian ada Ribuan Pohon Tumbuh yang dapat membawa Manfaat Ekonomi, Sosial dan Ekologi.
Imam berusia 36 Tahun yang ditahbiskan Tahun 2013 itu mengatakan, Perhatian terhadap Ekologi Pastoral sangat penting dilakukan untuk mengingat Mayoritas Petani. Upaya yang mengajak Masyarakat untuk Peduli Lingkungan bisa juga dilakukan melalui Jalur Budaya dengan menggandeng Tokoh Masyarakat.
Hal itu didasarkan pada Keyakinannya bahwa Kesadaran terhadap Lingkungan sudah ada di Benak Masyarakat, yang terlihat dari cara mereka berinteraksi dengan Alam dan melalui Aktivitas Budaya. Akan Ada kebijaksanaan Tentang Ilmu Alam yang menunjukkan Hutan dan Manusia saling Mendukung, Hutan beserta isinya dimanfaatkan oleh Manusia dalam kesehariannya, dan Manusia harus Menjaganya sehingga Tercipta Hubungan yang saling Menguntungkan.
Kedekatan Hubungan Sosial Budaya antara Manusia dan Hutan adalah Upacara Adat yang berkaitan dengan Pelestarian Hutan setelah Panen tiba, Sedangkan untuk Komitmen tidak Merusak Alam, Terdapat berbagai Praktek yang disebut Pemali atau hal-hal yang dilarang dilakukan terhadap Alam, yang tujuan utamanya adalah mengendalikan Perilaku Manusia.
Untuk Proses Kegiatan tersebut dilakukan di Paroki, Romo Bisa mengajak Para Tokoh atau Sesepuh untuk berbicara Tentang Kebijakan Lokal agar bisa diwariskan kepada Generasi Muda. Dari Hikmah tersebut mereka kemudian bersama-sama mencari Tindakan yang bisa diambil, Ada juga Ruang bagi mereka untuk memadukan Ajaran Iman Kristiani tentang pentingnya Merawat Bumi.
Dia juga mengatakan, untuk melakukan berbagai Upacara Adat seperti mengucapkan Puji Syukur Pascapanen yang dipadukan dengan Kegiatan Pelestarian. Selain dengan Tokoh-Tokoh Setempat, Romo Bisa berupaya Bekerja Sama dengan Aparat setempat karena menurutnya Kunci untuk membawa Perubahan adalah Penyatuan Tokoh-Tokoh Agama Lokal dan Pemerintah Dalam Acara memperingati Hari Pohon Sedunia pada 21 November.
Dia mengupayakan Kegiatan Pelestarian dan menandatangani Nota Kesepahaman dengan Dewan Pongnarang dan Desa terdekat untuk Menanam berbagai Pohon seperti Ara Beringin, Sawit dan Sawo. Kegiatan serupa juga dilakukan pada acara-acara Cabang Ilmu Internasional lainnya dan dirayakan di parokinya, antara lain Hari Air, Hari Penanggulangan Penggurunan Sedunia dan Kekeringan, Hari Bumi, Hari Lingkungan dan Hari Keanekaragaman Hayati.
Pastor bisa Terinspirasi oleh Santo Fransiskus dan Paus Fransiskus Untuk Karya Pastoral Ekologisnya, itu merupakan keharusan Iman yang juga diilhami oleh Kehidupan Santo Fransiskus Assisi dan oleh Paus Fransiskus yang Senantiasa menekankan pada Pelestarian Tentang mempelajari Interaksi antara Makhluk Hidup.
“Saya merasa penting agar Spiritualitas Ilmu Interaksi Santo Fransiskus dari Assisi terwujud dalam apa yang kita lakukan,” kata Imam yang telah Bekerja di Pusat Ekologi Pastoral Fransiskan di Keuskupan Ruteng selama Enam Tahun itu. Dia juga mengatakan dia Menghargai Amanat Paus Laudato si’, yang katanya “datang pada saat yang tepat karena Krisis Ilmu antara Makhluk Hidup telah Melanda berbagai Belahan Dunia yang menuntut Tindakan banyak orang untuk Menjaga Bumi sebagai Rumah Kita Bersama.”
Kesadaran akan Krisis Global harus dibarengi dengan tindakan menyelamatkan Bumi secara Berpikir Global dan bertindak Lokal. Jika tidak dimulai dari kita, siapa lagi yang akan melakukannya. Upaya tak henti-hentinya dari Pendeta itu disambut dengan Hangat. Inisiatif yang dia berikan membangunkan mereka dari tidur mereka. Kemudian mereka akan didorong untuk mengambil langkah melindungi Alam, kata Yulianus Syukur Diaz, Ketua Kelompok Pemuda Katolik Paroki. Mata mereka telah Terbuka untuk melihat apa yang bisa dilakukan untuk Melindungi Bumi.
Jadi, ini bukan hanya Teori, Dia mengatakan, Anak Muda tergerak dengan apa yang dilakukan Pastor di Paroki, Seperti memperkenalkan Sistem Pengelolahan Sampah yang Ramah Lingkungan dan Merawat Tanaman dan mereka sangat Terkesan. Anselmus Pangkur, Kepala Desa Pongnarang, mengatakan, Dia sudah setuju untuk memberikan Dukungan kepada Romo dengan Penyediaan Dana Desa untuk Pengadaan Bibit Pohon dan Kegiatan lainnya.
“Kami Senang dengan usahanya yang tentunya akan berdampak baik bagi Masyarakat dan Lingkungan di Masa Mendatang.” Sebagai Warga Bumi, Orang tidak harus memikirkan dirinya Sendiri tetapi juga memikirkan Keadaan Orang lain dan Lingkungannya. Itu diwujudkan dalam Tiga Kesalehan, yaitu Kesalehan Religius, Sosial dan Ilmu Tentang Interaksi antara Makhluk Hidup. Ketika Tiga hal itu di jalani akan terwujud Ketakwaan dan Keselamatan.