Pelanggaran yang terjadi di Wilayah Papua Indonesia, Membuat Para Imam Bersatu Menentang Ketidakadilan dan Rasisme Kelompok Ulama Adat. Kekerasan dan Diskriminasi terhadap Mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, Membuat Pastor Alberto John Bunay dan Para Pendeta Papua membentuk Forum. Mereka Melawan Ketidakadilan tersebut, Karena Sekitar 43 Pelajar Papua telah diserang dan Menyebabkan Kerusuhan di Papua dan Protes di Kota-Kota lain di Indonesia.
Insiden yang mengejutkan itu membuat Para Imam untuk mendirikan Kelompok, Menurut Pastor Bunay, 51 Tahun, Sekitar 65 Imam Papua dari Keuskupan di seluruh Papua, Wilayah paling Timur Indonesia, telah bergabung dengan Kelompok itu. Mereka mengatakan akan Mencegah Kekerasan dan Insiden Provokatif yang terjadi terhadap Pemerintahan Indonesia.
Pihak berwenang Indonesia sering dituduh melakukan Pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap tersangka Pemberontak dan Warga Sipil. Kata Imam asal Kabupaten Paniai Provinsi Papua, Dia mengatakan tidak akan berbicara tentang Politik tetapi Fokus pada Aspek kemanusiaan dan apa yang terjadi dengan Masyarakat. Pesan itu pun sudah mereka sampaikan juga di Media Sosial.
Pemerintahan Pastor Bunay, yang juga Dosen di Sekolah Filsafat dan Teologi Fajar Timur di Abepura, Mengatakan orang Papua adalah Satu Keluarga Besar, Sebagai Satu Kesatuan mereka tidak ingin salah satu dari mereka diperlakukan Tidak Adil. Pastor mengatakan, Orang Papua sudah lama mengalami Diskriminasi dan Berjuang melawan Ketidakadilan yang sering membuat mereka ditangkap dan di Penjara, Bahkan ditembak atau dibunuh.
Status Papua sebagai daerah khusus Pemerintahan sendiri, Pemerintah sedang mengupayakan statusnya untuk diperbarui Tahun Depan. Walau menimbulkan banyak Masalah, Mereka telah menerima Dana dari Pemerintah setelah Status Pemerintahan sendiri di umumkan. Imam mengatakan Presiden Indonesia Joko Widodo harus mengevaluasi kembali UU Otsus, khususnya mengenai Dana yang digunakan oleh Pemerintah Daerah, Karena Masyarakat sangat sedikit yang tahu tentang Dana tersebut.
Hal ini menimbulkan Kekhawatiran tentang Korupsi, Sehingga Masyarakat menentang Perpanjangan Status Pemerintahan sendiri karena tidak berdampak Positif bagi kehidupan mereka. Pemerintah Pusat menyalurkan 95 Triliun untuk Papua selama Waktu itu, Di mana Gereja-Gereja di Wilayah berpenduduk Mayoritas Kristen mendapat 10 Persen.
Para Imam mereka pernah membicarakan tentang Dana itu agar hasilnya tersedia untuk Umum, Pastor Bunay mengatakan salah satu alasan Pembentukan kelompoknya adalah karena Para Pimpinan Gereja tidak angkat bicara Melawan ketidakadilan yang diderita Masyarakat Papua. Pastor meminta Para Pimpinan di Papua untuk berbicara jika mereka membutuhkan lebih banyak Informasi tentang Kekerasan dan Ketidakadilan lainnya yang menimpa orang-orang di Wilayah tersebut.
Kehadiran Kelompok tersebut dapat membantu Gereja Katolik di Papua mengatasi Masalah tentang Pelanggaran HAM. Sejak meninggalnya Pemerintahan Agung Herman Ferdinandus Maria Munninghoff dari Merauke dan Pemerintahan Philip Saklil dari Timika. Pastor Bunay mengatakan berencana untuk segera bertemu dengan empat Pimpinan Papua saat ini, Dengan Uskup Datus Lega dari Manokwari-Sorong, Uskup Aloysius Murwito dari Ag-Asmat, Uskup Agung Petrus Canisius Mandagi dari Merauke dan Uskup Fransiskan Leo Laba Ladjar dari Jayapura.
Mereka berharap bisa bertemu dengan Administrator Apostolik Timika, Pastor Marthen Kuayo untuk menyampaikan Visi dan Misi kelompoknya. Kordinator Jaringan Damai Papua (JDP), Mengatakan kehadiran Kelompok Adat akan membantu menawarkan Suara Kenabian jika terjadi Insiden yang tidak menyenangkan. Mereka ingin membangun Kerjasama antara TNI, Polri, Masyarakat Adat, Pemuda dan Tokoh Masyarakat agar Tercipta Perdamaian, Tapi mereka tidak akan terlibat dalam Politik.
Yuliana Langowuyo, Direktur Keadilan Fransiskan, Kedamaian dan Keutuhan Ciptaan (KPKC) di Papua, Mengatakan Pastor Bunay dan kelompoknya adalah Tambahan yang disambut baik untuk Suara-Suara yang mengungkapkan Keprihatinan yang terjadi, Karena bagi orang Papua Suara Pastor John Bunay, Para Pastor dan Pimpinan dari Lima Keuskupan itu Penting.