Mungkin Dampak Perubahan Suhu di Bulan Oktober sampai Desember, Membuat Indonesia Serius Memantau Iklim dan Musim yang Beragam. Tanggapan tentang Kondisi Perubahan Suhu (La Nina), Alam Memaksa Mereka Untuk Tetap Bertahan. Melihat perhitungan Curah Hujan dari Oktober hingga Desember 2020, Keadaan Budidaya Padi dapat di Optimalkan.
Seiring dengan Fenomena La Nina yang terjadi, Diperkirakan Peningkatan Curah Hujan di atas 40% akan terjadi di beberapa Wilayah Indonesia. Pada Bulan Juli, Institut Penelitian Internasional Iklim dan Pusat Prediksi Iklim, serta Masyarakat setempat memperkirakan 50 sampai 55% La Nina berkembang selama September sampai November, mungkin berlangsung dari Desember 2020 hingga Februari 2021.
Perhitungan untuk mengurangi Efek Perubahan La Nina, Masyarakat dapat melakukan beberapa hal untuk mempertahankan Potensi Produksi. Seperti melakukan Penyaluran dan Pembuangan air dengan baik dalam Pengelolaan yang berlebihan dan selalu Tepat Waktu dalam Penyediaan Informasi dan Layanan Peringatan tentang Banjir atau Tanah Longsor di tingkat Masyarakat.
Melakukan Penyediaan Bibit untuk Padi Tahan Banjir terhadap Hama dan Promosi Asuransi Tanaman untuk Pengamanan Gagal Panen, Hal tersebut memungkinkan Petani merespon keanehan Iklim dan memastikan Produktivitas Tanaman. Dari Juli hingga September 2020, Meskipun ada beberapa Daerah yang Kekeringan atau Banjir, Curah Hujan tetap Normal di sebagian Besar Provinsi.
Sedangkan Provinsi Utara mendapatkan Curah Hujan yang Cukup, untuk Provinsi Selatan termasuk Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur mengalami Kekeringan. Lalu di provinsi Selatan Sulawesi Tenggara, Maluku Selatan dan Papua Selatan, Provinsi itu Terbatas karena hari-hari Ekstrim selama 60 Hari Tanpa Hujan. Meski Juli dan September merupakan Puncak Musim Kemarau, Kejadian Hujan Ekstrim terjadi di Beberapa Provinsi, antara lain di Daerah Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Maluku yang menyebabkan Banjir dan Merusak Tanaman.
Tahun 2020 Tingkat air Danau di seluruh Indonesia Menurun selama Puncak Musim Kemarau, tetapi masih lebih baik dari Musim Kemarau Tahun 2019. Di awal Bulan September, Ketinggian air Danau tetap di bawah Garis Normal, Tingkat itu di Perhitungkan untuk Peningkatan Curah Hujan.
Menurut Laporan Kementerian Pertanian, di Bulan Juli hingga September, Bencana dan Hama yang dipengaruhi Cuaca, Mengalami Guncangan yang berdampak pada Produksi. Guncangan Ganda yang terjadi membuat kegagalan Panen di 21.000 Hektar dari 159.000 Hektar Sawah, Hujan yang Ekstrim mengakibatkan Banjir di Wilayah Utara.
Banjir mengakibatkan Gangguan Panen yang tidak Umum di Indonesia, Lalu Pada Bulan Juli, di beberapa Daerah tertentu Mengalami Kejadian Banjir di Persawahan yang meningkat Secara Drastis. Periode Tanpa Hujan yang lama mengakibatkan Kekeringan di Wilayah Selatan Dari Juli hingga September 2020, Wilayah yang Terkena Bencana Alam dan Serangan Hama meliputi Provinsi penghasil Utama Beras di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa Tengah, Jawa Timur.
Akibat Curah Hujan yang Tinggi dan Bencana Banjir, Produksi Beras di Sulawesi Selatan menurun hingga 7% sebanyak 214.500 Ton, Dibandingkan dengan Tahun 2019. Meskipun Luas Area Persawahan yang Terkena Bencana Iklim dan Hama Tahun ini, Gagal Panen tetap lebih rendah dibandingkan rata-rata dalam Jangka Panjang.
BMKG memprediksikan Curah Hujan Bulan Oktober sampai November di seluruh Indonesia berada pada tingkat sedang sampai tinggi, Beberapa Variasi Geografis itu terjadi di Daerah bagian Tenggara seperti Sulawesi bagian Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Papua. Dengan Penurunan air Danau dan Perkiraan Curah Hujan, Pengelolaan air yang hati-hati dianjurkan di Daerah tersebut untuk meminimalkan Efek Kekeringan.