Perusahaan Unicorn Indonesia telah memikat Raksasa Teknologi Amerika Serikat dari Google hingga ke Facebook, Perkembangan Investasi Di Dalam Perusahaan, Telah membuat Perusahaan Besar saling Bersaing. Bagi Perusahaan Teknologi Besar seperti Amerika Serikat, Tahun 2020 menunjukkan Indonesia sedang bersiap untuk menjadi Perbatasan berikutnya. Terlepas dari Gangguan Pandemi Virus Korona, Para Pengusaha Facebook, Google dan Microsoft telah melakukan Kesepakatan untuk berinvestasi di Perusahaan Unicorn Nusantara senilai 14,1 Triliun.
Perusahaan Besar itu melakukan Investasi di Perusahaan Gojek, Perusahaan Teknologi terbesar di Indonesia dan Platform E-Commerce, Tokopedia serta Bukalapak untuk Tahun ini diperkirakan mencapai Triliunan Rupiah. Sama seperti Perusahaan Teknologi Amerika Serikat yang dikelompokkan di bawah GAFAM bersama dengan Amazon dan Apple, Perusahaan tersebut juga bertaruh Besar di India.
Investasi mengakui bahwa Indonesia adalah Pasar yang terlalu Besar untuk diabaikan, Dengan Jumlah Penduduk terbesar ke Empat di Dunia, Indonesia telah menyumbang sepertiga Hasil Ekonomi kawasannya. Pentingnya Peluang Investasi menjadi lebih Besar karena China, Pasar terbesar di Asia itu tampaknya menjadi Zona Merah bagi Perusahaan Teknologi Amerika Serikat, Karena Perselisihan Beijing dengan Washington.
Platform Tokopedia dan Bukalapak telah menjadi Penerima Uang Teknologi Amerika Serikat terbaru pada Bulan November, Microsoft mengumumkan di Awal Bulan bahwa mereka melakukan Investasi Strategis di Platform Bukalapak dengan Penyedia Perangkat Lunak Amerika yang mengambil bagian dalam Putaran Pendanaan sebesar 1,4 Triliun.
Hal itu dilaporkan bersama dengan Investor yang ada di GIC, Sovereign Wealth Fund Singapura dan Konglomerat Media Lokal, PT Elang Mahkota Teknologi (Emtek Group). Google berinvestasi di Tokopedia bersama Temasek Singapura, pada akhir Oktober dan awal November. Menurut Pengajuan yang dibuat ke Pihak Berwenang Indonesia, Kedua Investor tersebut dikatakan telah menambahkan 4,9 Triliun ke dalam Platform E-Commerce.
Investasi tersebut menerima Pemberian Uang Tunai dari Facebook dan PayPal ke Platform Gojek pada Bulan Juni. Google sudah menjadi Investor dalam Ride Hailer, Cum Laude dan Super App, yang menawarkan Layanan mulai dari Pembayaran hingga Pengiriman Makanan dan Logistik. Investasi tersebut adalah Bukti sejauh mana Indonesia telah berkembang dalam Hal Ekosistem dan Potensi Pertumbuhan Digitalnya.
Ekonomi Internet Indonesia telah Tumbuh lebih dari Lima Kali Lipat dalam Lima Tahun menjadi 624 Triliun pada Tahun 2020, Nilai terbesar itu di Laporan oleh Google, Temasek dan Bain & Company. Menurut Laporan tersebut, Pasar Indonesia akan bernilai 1,7 Kuadriliun pada Tahun 2025 yang semakin memperkuat Indonesia sebagai Ekonomi Digital teratas.
Mitra dan Direktur di BCG Digital Ventures, Hanno Stegman berkata, Berinvestasi pada Perusahaan seperti Unicorn Indonesia adalah Peluang Besar bagi Perusahaan Raksasa dengan Satu Transaksi Penting untuk membangun Posisi yang Kuat dalam Ekosistem secara bertahap dan membangun Bisnis secara Luas. Hal itu memungkinkan Perusahaan Amerika Serikat untuk menetapkan Posisi yang Jelas dan memperluas Kehadiran Bisnis dengan Jejak yang lebih Kuat.
Contohnya adalah Investasi Facebook di Platform Gojek bersama dengan PayPal, Perusahaan Indonesia mengumumkan Pendanaan bahwa fokusnya adalah pada Pembayaran Pendukung dan Layanan Keuangan. Aplikasi Pembayaran Gojek GoPay adalah salah satu Dompet Digital yang paling banyak digunakan di Indonesia. Facebook juga mendorong Ambisi pembayarannya sendiri melalui Perusahaan WhatsApp-nya, Meskipun WhatsApp sudah menjadi Alat Komunikasi yang Populer di Indonesia, Tetapi Platform Gojek memiliki lebih banyak Keahlian dalam Pembayaran.
COO WhatsApp, Matt Idema berkata Gojek juga memiliki Pemahaman yang lebih baik tentang Perbedaan Lokal yang mencakup 5.000 Km dan 1.700 Pulau, Investasi itu akan mendukung tujuan bersama Facebook dan Gojek untuk memberdayakan Bisnis dan mendorong Keuangan di seluruh Indonesia. Saat Facebook mengumumkan Investasi tersebut bersama Gojek, Mereka yakin dapat membawa Jutaan Orang-Orang ke dalam Pertumbuhan Ekonomi Digital di Indonesia.
Pada 6 November, Layanan Pembayaran WhatApp diluncurkan di India untuk bisa menyusul Investasi Facebook sebesar 72 Triliun dalam Penyedia Layanan Digital Reliance Jio Platforms pada Bulan April. Sedangkan Investasi Perusahaan Amerika Serikat di Platform Gojek tidak banyak menghasilkan, Sama Seperti WhatsApp Pay yang diharapkan dapat memainkan Peran Penting di Pengecer Grosir E-Commerce Reliance JioMart.
Peningkatan Kolaborasi dengan Raksasa Teknologi Lokal dapat meningkatkan Pendapatan Perusahaan Teknologi Amerika Serikat di Indonesia, Facebook juga telah menghitung Asia Pasifik sebagai Pengguna Aktif Bulanan Terbesar dan sudah terhitung sebanyak 42%. Namun, Hanya 19% yang disumbangkan dari Pendapatan pada Periode yang sama. Begitu pula Google yang hanya menghasilkan 18% dari pendapatannya di Kawasan Asia-Pasifik dalam Sembilan Bulan yang berakhir pada Bulan September.
Jefrey Joe, Salah satu Pendiri dan Mitra Umum di Pembiayaan Modal Lokal Alpha JWC, Memuji Sea Group Singapura karena menempatkan Indonesia sebagai Investor Amerika Serikat. Sea Group yang terdaftar di Bursa Efek New York yang sekarang sudah menjadi Perusahaan terdaftar paling berharga di Asia Tenggara, Telah membantu Mendidik Pasar dan menunjukkan bahwa Perusahaan Asia Tenggara dapat menjadi Perusahaan yang baik.
Pertumbuhan Asia Tenggara memiliki Dasar Ekonomi yang Kuat seperti E-Commerce Sea Shopee, Platform Belanja Online yang paling banyak dikunjungi di Indonesia dan menjadikannya Negara Pasar Terbesar untuk Dompet Digital SeaMoney, Harga sahamnya pun naik Empat Kali Lipat di Tahun 2020. Minat yang ditunjukkan Perusahaan Teknologi Amerika Serikat juga merupakan Perkembangan yang disambut baik bagi Perusahaan Unicorn Indonesia.
Suasana Umum di sekitar Perusahaan saat ini adalah salah satu Kehematan, Namun Persaingan tetap Ketat yang mendorong Perusahaan Unicorn. COVID-19 telah meningkatkan Kebutuhan Modal di antara Perusahaan yang menghadapi Gangguan, atau ingin melakukan Perluasan di beberapa Area untuk menangkap Perubahan Perilaku Konsumen. Investasi Teknologi Amerika Serikat juga memungkinkan Perusahaan Unicorn Indonesia untuk meningkatkan Pandangan mereka di antara Investor Global, Sesuatu yang sangat dibutuhkan jika mereka memutuskan untuk menjual Saham di Luar Indonesia dan Pencatatan Ganda di Pasar Luar Negeri.
Sumber Modal Alternatif terbatas untuk Perusahaan yang telah berdiri selama 10 Tahun dan Tumbuh sesuai Skala yang mereka miliki, Menurut CB Insights, Platform Gojek bernilai 141 Triliun, Tokopedia 99 Triliun dan Bukalapak 49 Triliun. Joe dari Alpha JWC berkata, Mungkin Investor Umum tidak nyaman dengan Penilaian tersebut, Itu telah membuka Peluang bagi Teknologi Amerika Serikat dan memahami apa yang sedang dibuat oleh Perusahaan Unicorn karena mereka telah melewatkan Proses yang sama.
Sebagian GAFAM mulai masuk ke Indonesia sekitar Lima Tahun lalu. Pada 2016, Apple mengumumkan Investasi 624 Miliar untuk mendirikan Pusat Pelatihan bagi Pengembang Aplikasi di pinggiran Jakarta. Akademi yang diselesaikan pada Tahun 2018 itu merupakan yang Pertama bagi Perusahaan di Asia Tenggara. Tetapi Investasi itu lebih merupakan Tiket masuk ke Pasar Ponsel Cerdas Indonesia daripada Taruhan Langsung pada Ekonomi Digital Indonesia.
kemungkinan Apple akan mematuhi Persyaratan Pemerintah bahwa Ponsel yang dijual di Negara tersebut harus memiliki Jumlah Minimum Konten atau Komponen yang diproduksi secara Lokal. Taruhan nyata pada Ekonomi Digital Indonesia dan Pertumbuhan Perusahaannya datang pada Awal Tahun 2018, Ketika Google berinvestasi di Platform Gojek dengan Perusahaan Pengembang di Mountain View, California.
Perusahaan Amerika Serikat akan memiliki Saham di Raksasa Teknologi yang mencakup Delapan Negara dengan Pertumbuhan Tinggi, Stegmann dari BCG Digital Ventures mengatakan, Perusahaan Teknologi Amerika Serikat tidak hanya bertaruh pada Pertumbuhan Layanan Ride Hailing dan Layanan Super App lainnya, Mereka juga mengandalkan Perluasan Layanan Cloud di Indonesia sebagai salah satu Pendorong Strategis Utama untuk Investasi mereka.
Layanan Cloud adalah Pendorong Pendapatan Utama bagi Perusahaan Teknologi Amerika Serikat yang membangun kepercayaan dalam Ekosistem. Itulah mengapa Strategi Investasi sangat Cerdas. Perusahaan China juga ingin memperoleh keuntungan di Dangkaian tersebut, Alibaba Group Holding memiliki Dua Pusat Data di Indonesia dan berencana untuk menambahkannya Tahun Depan. Baik Gojek maupun Tokopedia saat ini menggunakan Google Cloud, Sedangkan Bukalapak beralih dari Google ke Microsoft’s Azure setelah Investasi dari Microsoft.
Amazon, yang sebelumnya ada di Pembicaraan dengan Gojek untuk berinvestasi di Perusahaan, juga memiliki Rencana untuk membangun Pusat Data di Indonesia. Boston Consulting Group mengatakan dalam sebuah Laporan Tahun lalu, Bahwa Indonesia adalah salah satu Pasar Cloud dengan Pertumbuhan tercepat di Kawasan APAC, Dengan memproyeksikan tingkat Pertumbuhan Tahunan sebesar 25% selama Lima Tahun ke depan, dari 2 Triliun di Tahun 2018 menjadi 11 Triliun pada Tahun 2023.
Dengan penyelesaian Tahun lalu dari Pemerintah sebesar 21 Triliun, Proyek Palapa Ring menghubungkan semua Pulau di Indonesia ke dalam Jaringan Serat Optik. Perusahaan Unicorn juga bercabang ke daerah Pedesaan, untuk menciptakan lebih banyak Data. Platform Bukalapak, misalnya, Telah membantu Pemakaian Sistem untuk Warung di tempat yang Berjauhan, CEO Perusahaan Kaimuddin mengatakan, Dia dapat melihat Masa Depan di mana Data yang dihasilkan melalui Sistem dari Warung Setara dengan yang dihasilkan oleh Platform E-Commerce-nya.
Indonesia juga telah menjadi Penerima Manfaat dari Perselisihan Perdagangan antara Amerika Serikat dan China, Mungkin Investasi di Asia lebih mengarah ke India dan Indonesia, Karena akan menjadi Pasar Terbesar berikutnya. Indonesia Memiliki Bonus dari kebijakan Luar Negeri yang menjadikannya Tempat yang Relatif untuk Investasi dibandingkan dengan India yang melawan Beijing.
Perusahaan Preqin menunjukkan bahwa Jumlah Kesepakatan Pembiayaan Modal di Indonesia dengan Partisipasi Langsung dari Investor yang berbasis di Amerika Serikat, hampir Dua Kali lipat pada Tahun 2019 dibandingkan Tahun 2016 dan meningkat pada Tahun 2020. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden memutuskan untuk memberikan Pemulihan Hubungan dengan China, Mungkin Investor berpikir tentang Investasi di Asia telah berubah. Ini adalah Waktu yang tepat untuk berinvestasi di Indonesia, Karena sudah membenarkan Sumber Daya yang ingin mereka gunakan dan memberikan Perhatian pada Pasar Indonesia.