Setiap kegiatan perekonomian suatu negara pasti akan menghadapi suatu permasalahan. Hal itu dapat terjadi karena adanya ketidakstabilan perekonomian suatu negara. Berikut kami akan membahas tentang 5 Permasalahan Ekonomi Makro di Indonesia.
Ekonomi makro adalah cabang ekonomi yang mempelajari bagaimana perekonomian secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi mengacu pada peningkatan produksi agregat dalam suatu perekonomian. Karya klasik abad ke-18 Adam Smith, An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, yang menganjurkan perdagangan bebas, kebijakan ekonomi laissez-faire dan memperluas pembagian kerja.
1 Pertumbuhan Ekonomi Terganggu
Dampak dari permasalahan ekonomi makro yang merasakan dampak adalah kalangan bisnis, pengusaha dan produksi. Misalnya pabrik besar dan perusahaan maupun usaha bisnis lainnya. Tidak dapat dipungkiri, jika perusahaan mengalami kesulitan sampai terjadi kebangkrutan, dampak paling luas pun akan merambah ke pertumbuhan ekonomi.
Ketika pertumbuhan ekonomi terganggu tentu saja akan berdampak pada pertumbuhan sektor perekonomian yang lain. Contoh kasus yang hangat kita rasakan saat ini. Kasus masker akibat pandemic corona. Karena virus COVID-19 harga semakin melambung tinggi.
Masyarakat rela berdesak-desakan membeli masker, sekalipun dengan harga yang sangat tinggi. Pihak penjual pun memanfaatkan momen ini untuk meraup keuntungan tiga bahkan empat kali lipat dari hari biasa. Sedangkan dari pihak pabrik, tidak bisa memproduksi masker dengan permintaan sangat tinggi dalam waktu singkat.
Alasannya tentu saja dari segi operator karyawan, tingginya permintaan masker 10 kali lipat lebih banyak, didukung dengan pembelian bahan pokok untuk memproduksi masker. Skala lebih kompleks lagi, permasalahan ekonomi makro tentu saja akan mengganggu kelangsungan bisnis pemula maupun pelaku bisnis lama.
Cara mengatasi adalah pertumbuhan ekonomi biasanya mengacu kepada tingkatnya produksi barang dan jasa, maka dengan mengendalikan pertumbuhan penduduk serta meningkatnya teknologi yang tepat guna akan meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa.
2 Meningkatnya Angka Pengangguran
Permasalahan ekonomi makro yang tidak dapat dihindari, semakin banyak pengangguran. Akibat perusahaan yang tidak mampu bersaing dan bertahan, akhirnya bangkrut. Mau tidak mau harus melakukan PHK karyawan demi bisa berdiri. Harusnya bisa merekrut karyawan baru, justru menambah angka pengangguran.
Padahal, satu perusahaan anggap saja bisa mempekerjakan 35 karyawan. Jika dikalikan 10 perusahaan sudah berapa karyawan yang diserap? Sedangkan jika 10 perusahaan hanya tersisa 5 perusahaan yang bertahan, sisanya bangkrut, maka akan menyumbang 175 karyawan menganggur.
Ada satu hal yang perlu kita pahami kenapa terjadi perusahaan atau usaha bisnis yang mengalami kebangkrutan? Jawabannya sederhana. Karena banyak perusahaan yang menjual produk barang mereka untuk kalangan masyarakat menengah ke bawah. Sedangkan di masa sulit, di sektor lain juga banyak yang melakukan pengurangan karyawan (angka pengangguran meningkat).
Maka hasil perekonomian uang pun juga mengenai dampak. Tingkat jual beli semakin menurun, karena tidak ada sirkulasi uang. Tentu saja angka kemiskinan pun juga semakin besar. Banyak masyarakat bawah yang kesulitan makan akibat pekerjaan yang sulit. Realitanya memang angka kemiskinan di Indonesia lebih tinggi.
Cara mengatasinya adalah pengangguran secara terbuka memang dapat diatasi dengan beberapa cara, yakni sebagai berikut:
- Menambah lapangan kerja.
- Mengadakan pelatihan tenaga kerja.
- Meningkatnya daya beli masyarakat.
- Membuka proyek umum oleh pemerintah.
- Memberikan informasi secepat mungkin apabila lowongan kerja tersedia.
3 Krisis Nilai Tukar Uang
Devisa negara salah satu sektor yang akan mendapatkan dampak terburuknya. Selain itu juga, dampak ini juga akan dirasakan oleh investor maupun perusahaan yang memiliki kerjasama luar negeri atau menjalankan kerjasama ekspor impor penjualan. Tentu saja mereka akan mengalami masalah yang sangat serius.
Tidak perlu jauh-jauh, contoh sederhana perusahaan yang ada di Indonesia mendapatkan suntikan dana dari pihak luar. Ketika terjadi permasalahan ekonomi makro, maka suntikan dana yang sudah diberikan akan ditarik atau dikembalikan. Jika suntikan sedikit mungkin tidak masalah, bagaimana jika nominalnya banyak? Tentu saja ini bisa berdampak langsung terhadap keberlangsungan perusahaan sekaligus anak karyawannya.
Belum lagi masalah utang di luar negeri. Tidak hanya utang negara, perusahaan yang memiliki utang di luar negeri pun akan mendapatkan dampak. Dimana hutang tersebut tidak mendapatkan perlindungan dari negara. Dampak buruknya, dapat menimbulkan pembengkakan utang dalam sekali waktu saja.
Cara mengatasinya adalah dengan menjaga nilai ekspor dan impor agar tetap diangka yang seimbang, maka nilai angka ekspor tidak boleh lebih tinggi dari nilai angka impor. Demikian juga nilai impor yang harus tetap terkendali dan nilai angkanya tidak lebih tinggi dari nilai ekspor.
4 Terjadinya Inflasi
Terjadinya inflasi tinggi akan berpengaruh pada tingginya utang luar negeri yang mempengaruhi dunia perbankan di Indonesia. Bentuk kesulitan yang paling terasa masalah likuiditas. Akibatnya terjadi kemacetan di sektor usaha akibat terlalu besar beban utang negara.
Perusahaan swasta maupun non swasta pun juga mendapatkan pengaruhnya. Akibat terjadinya inflasi, dimana asset-aset yang mereka miliki pun terkuras akibat tidak bisa meminjam pinjaman bank. Belum lagi dengan UKM yang tidak bisa meminjam uang atau mengawali usaha lewat hutang bank sebagai modal. Masalah inflasi di Indonesia pernah terjadi di tahun 2004 yang mencapai 10,5%.
Cara mengatasinya dapat diatasi dengan dua cara, yakni dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter dilakukan dengan menambah atau mengurangi jumlah penyebaran mata uang, seperti penerapan kebijakan suku bunga dan kebijakan operasi pasar terbuka. Lalu, kebijakan fiskal dilakukan dengan mempengaruhi penerimaan serta pengeluaran pemerintah seperti menghemat pengeluaran pemerintah, melakukan pinjaman dan menaikkan tarif pajak.
5 Kalahnya Daya Saing
Dampak yang akan berpengaruh akan mengalami kekalahan daya saing. Tentu saja konteks daya saing dalam hal ini adalah daya saing melawan perusahaan besar yang memiliki power besar. Sehingga pasaran secara nasional pun menjadi lesu dan terkesan lamban.
Masalah ini akan semakin parah jika masyarakat memiliki kebiasaan dan rasa bangga membeli akan produk-produk dari luar. Tentu saja ini akan memperlancar arus ekonomi mereka, dan mematikan perputaran ekonomi di dalam Negeri.
Itu sebabnya di masa pandemic seperti ini, sangat disarankan untuk membeli produk UKM-UMKM untuk menyeimbangkan perekonomian. Agar tetap terjadi perputaran perekonomian. Agar ekonomi semakin menguat. Tentu saja cara ini diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi local daripada pertumbuhan ekonomi luar. Agar suplai produk domestic tetap terjaga.
Bukan malah justru sebaliknya. Tetap mencari produk luar dalam kondisi susah. Saat masyarakat membeli produk luar, itu sama artinya membantu dalam memperlambat perputaran perekonomian dan melemahkan ekonomi di dalam negeri. Memang dari segi kualitas dan bahan, produk luar lebih baik. Tetapi dalam kondisi inflasi, bukankah seharusnya lebih mementingkan produk dalam negeri terlebih dulu.
Namun ya kembali lagi, semua tergantung dari cara berfikir masing-masing individu. Itu pun kembali keputusan personal dan hak masyarakat dalam membeli produk. Jawaban yang pasti, produk dalam negeri harus siap untuk bersaing melawan produk-produk dari luar untuk merebut perhatian masyarakat lokal dengan produk yang dihasilkan.
Dari beberapa permasalahan ekonomi makro di atas, tentu saja kita menjadi lebih paham, sekaligus memahami perekonomian luar negeri mampu mempengaruhi perekonomian lokal. Belum lagi ditambah dengan permasalahan yang sifatnya sangat kompleks dan luas. Tidak hanya bisa diselesaikan oleh satu dua orang. Tetapi oleh banyak pihak.
Cara mengatasinya adalah dengan meningkatkan kegiatan produksi barang dan jasa, menjamin ketersediaannya sumber daya alam dan manusia, serta meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat.
6 Kesimpulan
Meskipun ekonomi makro merupakan bidang pembelajaran yang luas. Ada dua area penelitian yang menjadi ciri khas disiplin ini: kegiatan untuk mempelajari sebab dan akibat dari fluktuasi penerimaan negara jangka pendek (siklus bisnis), dan kegiatan untuk mempelajari faktor penentu dari pertumbuhan ekonomi jangka panjang (peningkatan pendapatan nasional). Model ekonomi makro yang ada dan prediksi-prediksi yang ada jamak digunakan oleh pemerintah dan korporasi besar untuk membantu pengembangan dan evaluasi kebijakan ekonomi dan strategi bisnis
Itulah pembahasan kami dari 5 Permasalahan Ekonomi Makro di Indonesia. Jika artikel ini berguna untuk kalian para pecinta sejarah silahkan kalian share dan jika kalian ingin memberikan saran kepada kami silahkan tinggalkan di kolum komentar di bawah ini agar kami terus memberikan informasi yang terbaik dari yang terbaik.