Pemerintah Indonesia sudah memberikan vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat luas sejak Januari 2021. Wabah Kolera Di Vaksinasi Massal bertujuan untuk menekan tingkat penularan dan mengurangi gejala berat agar mencegah ambruknya layanan kesehatan. Setelah beberapa hari, dampak vaksin yang akan terlihat.
Vaksinasi ini sudah pernah ada dan terbukti ampuh untuk mengurangi wabah penyakit di Hindia Belanda. Hal ini terjadi ketika kolera menyerang Batavia pada dekade 1910-an. Kasus kolera pertama kali tercatat pada 1821. Penderita kolera mengalami gejala muntah dan lebih sering buang air besar berbentuk cairan seperti air beras. Penyakit ini tersebar lewat feses penderita yang mengkontaminasi air tanah dan lalat pembawa bakteri kolera yang nempel pada makanan. Kolera meluas tersebab sanitasi buruk, pengetahuan tentang penyakit ini sangat minim dan orang masih sering minum air tanpa memasaknya lebih dulu.
Pemerintah kolonial menempuh berbagai cara untuk menekan penyebaran kolera. Antara lain dengan memberikan peraturan tentang kebersihan sanitasi, membuat obat kolera dan isolasi penderita kolera dari orang-orang yang sehat. Tetapi langkah-langkah tersebut hanya mampu membendung perluasan kolera.
Kemudian dari 1860, kolera melanda secara sporadis hingga akhir abad ke-19 dan beberapa tahun setelahnya,” catat Susan Abeyasekere dalam “Death and Desease in Nineteenth Century Batavia”, termuat di Death and disease in Southeast Asia suntingan Norman Owen.
Dengan memasuki abad ke-20, kolera menjadi ganas di Batavia. Tio Tek Hong, seorang penduduk Batavia awal abad ke-20, mengisahkan mereka dan keluarganya yang harus mengungsi ke Sukabumi dan Bandung. Setiap hari puluhan orang tewas karena mengedap penyakit kolera. Penyakit itu sudah menjalar ke Bogor, Bandung dan tempat-tempat lain, kenang Tio dalam Cina Pasar Baru Tentang Betawi Tempo Doeloe, termuat di Batavia Kisah Jakarta Tempo Doeloe.
Kaum medis profesional mengusulkan agar pemerintah menggelar vaksinasi massal kolera. Kelompok ini sangat giat untuk menyebarkan usulan melalui jurnal Geneeskundig Tijdschrift voor Nederlandsch Indie (GTNI). Dengan beberapa nama pendukung vaksinasi contohnya A.H. Nijland, direktur Institut Pasteur, Bandung. Menurut kajiannya, vaksin kolera sudah berhasil menurunkan tingkat penderita kolera di Spanyol pada 1885, Timur Tengah pada 1893 diKalkuta, India, pada 1894–1895.
Bilamana banyak orang yang divaksin atau tidak divaksin yang tinggal di tengah lingkungan hampir sama, hanya yang tidak divaksin yang terjangkit, tulis Nijland, seperti dikutip oleh Patrick Bek dalam Memerangi Musuh yang Tidak Terlihat, termuat di Gelanggang Riset Kedokteran di Bumi Indonesia. Jurnal Kedokteran Hindia Belanda 1852–1942. Nijland mengajukan alasan lain perlunya vaksinasi massal kolera.
Dia menemukan vaksin kolera mampu mengubah sesuatu dalam darah yang berujung pada kekebalan terhadap kolera. Dia juga mengatakan vaksin kolera sangat mudah dilakukan. Vaksin sudah tersedia dan bisa dibuat di Institut Pasteur. Vaksin tersebut dapat bertahan lama. Terakhir, yang terpenting, Njiland menjamin vaksin kolera tanpa efek samping.
Nijland menyimpulkan bahwa vaksinasi massal pencegahan kolera adalah keharusan. Nijland menambahkan, untuk memperoleh tingkat kemanjuran dan efektivitas vaksin, pemberian vaksin tak cukup sekali. Layanan kesehatan perlu melakukan vaksinasi ulang setiap ada wabah.
Pemerintah kolonial menerima gagasan Nijland. Vaksinasi massal berlangsung di Batavia serentang Agustus 1910–Januari 1911. Vaksinasi ini merupakan langkah terobosan kedua pemerintah kolonial setelah pembentukan tim intelijen wabah kolera.
Jumlah permintaan vaksin kolera terus meningkat setiap bulan sehingga Institut Pasteur kewalahan memproduksinya. Meski begitu, pandangan negatif tentang kemanjuran dan efektivitas vaksin juga bermunculan dari sejawat Nijland.
L. Leopold, seorang profesional medis, menerbitkan laporan berisi dampak negatif vaksin kolera pada 1911. Laporannya menunjukkan adanya penderita kolera di antara orang-orang yang sudah divaksin. Laporan ini mempengaruhi pandangan profesional medis lainnya. Mereka ikut meragukan kemanjuran dan efektivitas vaksinasi massal. Mereka kehilangan gairah dan menghentikan segala macam upaya vaksinasi massal. Bahkan tak sedikit yang berbalik mengutuk vaksin kolera.
Nijland bangkit melawan. Dia meneliti ulang data dan temuan Leopold. Hasilnya, data dan temuan Leopold sangat lemah. Angka-angka yang tersaji dalam studi Leopold sangat tidak dapat diandalkan sehingga argumennya yang menentang vaksinasi pun tidak dapat disokong, catat Patrick Bek.
Nijland menyajikan data kembali dalam studi pembelaannya terhadap vaksin. Dia membandingkan angka kematian relatif di kalangan orang Eropa yang divaksin dan tidak. Angka kematian relatif pada orang Eropa yang tidak divaksin mencapai 53.8%, sedangkan untuk yang divaksin 0%. Studinya ini menang atas laporan Leopold. pemerintah Kesehatan menggelar vaksinasi massal lagi.
Untuk vaksinasi massal, pemerintah Kesehatan mengerahkan puluhan dokter, mahasiswa Stovia, juru rawat, mantri dan kepala kampung tiap harinya. Berbekal kekuatan itu, mereka mampu memvaksin 200–400 orang setiap jamnya. Hingga tahun 1914, 67.505 penduduk Batavia telah mendapat vaksin.
G.J. Krediet, kepala pemerintah Kesehatan Batavia, mengakui vaksin kolera berhasil menurunkan tingkat penderita kolera pada 1915. Selain itu, dia bilang bahwa keberhasilan vaksin adalah sesuatu yang tidak lazim di kota yang tidak higienis seperti Batavia.
Klaim Krediet mendapat dukungan dari hasil peneltian L.S.A.M von Romer, dokter di Tanjung Priok, pada 1917. Dia menghitung penurunan penderita kolera selama 1913–1916. Selama masa inilah vaksinasi massal berlangsung.
Romer menilai vaksinasi massal sebagai langkah bersejarah dalam perang melawan wabah kolera. Sebab, sebelum vaksin, jumlah penderita kolera selalu meningkat.
Kesimpulan
Vaksinasi merupakan salah satu obat untuk mengurangi penularan wabah atau virus yang sudah ada sejak dulu, tapi di Indonesia sekarang sudah mengeluarkan vaksinasi pada pertenggahan bulan januari lalu, karena Indonesia sedang di serang adanya virus yang mamatikan yang di namai Covid-19 atau virus korona.
Indonesia saat ini sedang kesulitan dengan ekonomi yang makin memburuk karena adanya virus ini yang membuat para pekerja kehilangan pekerjaannya dan para usahanya juga menjadi menurun pendapatnya. Dengan adanya vaksinasi akan membuat Indonesia menjadi lebih efektif, kondusif dan dapat melawan virus ini dengan melakukan protokol kesehatan yang di perintahkan oleh pemerintah.
Bagaimana menurut kalian tentang Wabah Kolera Di Vaksinasi Massal, jika kalian mempunyai saran atau masukan bisa langsug tulis komentar pada kolom yang sudah kami sedikan, jangan lupa juga ajak teman atau kerabat untuk selalu megikuti tobik terbaru dari kami ekstensif.com.