Apakah Virus HIV dan AIDS bisa di Obati, Saat Jumlah Infeksi COVID-19 terus Meningkat, Mungkin Banyak Yang Berpaling Dari HIV/AIDS, Padahal masih ada 100 Juta orang lebih di Dunia yang Hidup dengan Virus ini. Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus), Pertama kali melanda seluruh Negeri pada Tahun 1980-an.
HIV adalah salah satu tantangan Kesehatan Masyarakat yang pernah dihadapi dan dibilang Virus yang Mematikan bagi Manusia. Itu membawa Sosialisasi yang Kejam dan dapat membuat Laki-Laki Gay terasingkan dan Meninggal dalam Jumlah yang mengejutkan. Sekarang, Kebanyakan orang tidak mudah Mati karena Virus, Berkat kemajuan Medis yang terus berkelanjutan dalam Pengobatan, HIV sekarang dapat dilihat sebagai Penyakit Kronis. Sekarang orang yang memiliki Virus ini bisa Menikmati Karir Panjang, Menikah dan Membina Keluarga.
Pesan untuk orang yang Terinfeksi HIV di hari-hari awal mereka adalah, “Mari coba membuat hari-harimu yang tersisa Senyaman Mungkin.” Kata yang cukup Puitis untuk orang yang Terkena HIV agar tetap Semangat menjalani Hidupnya. Mungkin sekarang bisa dicegah walau Tidak bisa disembuhkan tapi masih bisa dikendalikan, Kata Merceditas Villanueva, MD, Direktur Program AIDS Sekolah Kedokteran dari Yale.
Banyak Penyedia HIV dan Pakar Kesehatan Masyarakat percaya bahwa mereka pada akhirnya dapat mendekati Pemberantasan Virus ini pada Tahun 2030 dengan tujuan yang dikenal sebagai 95-95-95. Dalam hal Penglihatan Virus HIV, 95% Orang yang Mengidap HIV akan Didiagnosis, 95% di antaranya akan menerima Pengobatan, dan 95% dari mereka akan selalu ditekan Virusnya ketika Jumlah Virus yang di miliki sangat rendah sehingga Pasien tetap Sehat dan memiliki Peluang sangat kecil untuk menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Tujuan akhirnya adalah mencapai Nol dan itu adalah Nol untuk Diagnosis baru, Nol Infeksi baru, Nol Kematian dan Nol Stigma, kata Lydia Aoun-Barakat, MD, Direktur Medis Klinik Nathan Smith, Klinik HIV di Yale New Haven. Di Rumah Sakit (YNHH) Mereka meminta Medis dan Spesialis lainnya untuk mengikuti Program AIDS Sekolah Kedokteran di Yale, untuk menjawab Pertanyaan Tentang bagaimana HIV menjadi Penyakit yang dapat di Cegah.
Perbedaan antara HIV dan AIDS dapat dilihat dari Namanya Sendiri, HIV adalah Virus yang Berpotensi Mematikan yang dapat Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh, Khususnya Limfosit Sel T atau Sel CD4. Sedangkan AIDS adalah Kumpulan Gejala dan Penyakit yang dapat Berkembang ketika HIV tidak Diobati dan Jumlah CD4 Menurun di bawah 200.
Ada Empat Tahap HIV yaitu Tahap 0, 1, 2, 3 Orang yang dinyatakan Mengidap AIDS adalah Orang yang Terkena Virus HIV dibawah Kodisi Standar. Jika sebelumnya pernah dikatakan sebagai Virus HIV Tahap 3, Orang tersebut Mengalami Gejala seperti Penurunan Berat Badan yang cepat, Demam berulang kali, Keringat Dingin di Malam Hari, Nyeri Tubuh dan Kehilangan Ingatan Sementara yang Menyebabkan menjadi Infeksi yang Fatal.
Penyakit yang Pertama kali menjadi Perhatian pada Awal Tahun 1980-an, Ketika itu Dokter mulai Melaporkan Infeksi yang tidak biasa dan Keganasan Langka pada Pria Gay, HIV diyakini Virus yang telah berpindah dari Hewan ke Manusia. Mungkin Sejak Akhir 1800-an, Virus HIV berasal dari Sejenis Simpanse di Afrika. Kemungkinan hal itu terjadi ketika Pemburu yang mencari Daging dan melakukan Kontak dengan Darah yang Terinfeksi dari Hewan tersebut. HIV yang ditularkan kepada Manusia dapat melalui Cairan Tubuh, seperti Darah, Air Mani, Cairan Vagina dan Air Susu Ibu.
Siapa pun dapat Berisiko Terkena HIV, Karena sebagian orang lebih mudah Tertular HIV daripada Mengidap Virus secara Alami karena kelakuannya Sendiri. Kasus HIV Pertama kali terjadi di Amerika, Virus itu Menyebar di sebagian besar melalui mereka yang Berhubungan Seksual tanpa Kondom, di antara Pria yang Berhubungan Seks dengan Pria.
Virus HIV dan AIDS sejauh ini masih sering ditemukan dikalangan seperti itu, diikuti oleh orang yang menularkannya melalui Hubungan kesesama Jenis dan Pengguna Narkoba dari Satu Jarum Suntik dalam Banyak Pemakaian. Kebiasaan yang telah meningkat di antara Orang Transgender mempengaruhi Orang Amerika berkulit Hitam dan Keturunannya yang tidak Seimbang.
Selain itu orang yang Terkena Virus HIV merupakan Populasi dari orang yang Beragam, Kata Dr. Villanueva yang telah melihat sebagian kecil orang Terinfeksi karena Transfusi Darah. Jika seseorang telah Mengidap HIV, Virus itu Menyerang tanpa Memandang Keadaan, Tidak Peduli Kaya atau Miskin, Mereka yang Terkena Virus harus menghadapi Penyakit tersebut.
Sementara Infeksi Tahunan di Amerika telah Menurun dari Pertengahan 1980-an, Data dari Tahun 2014 sampai 2018 masih menunjukkan sekitar 38.000 Jiwa Terinfeksi di Amerika dan masih Meningkat di Tahun ini. Dari Jumlah Tertinggi yang Terkena Virus ada pada orang-orang yang Berusia 20 Tahun sampai 35 Tahun. Status Virus HIV dan AIDS kemungkinan Besar di yakini dari Populasi Usia yang tidak di Sadari.
Perawatan yang dapat membantu mereka hidup lebih lama adalah Menjalani Terapi Rutin Antiretroviral (ART), yang telah memindahkan Virus HIV dan AIDS ke dalam Penyakit Kronis. Dengan Terapi ART yang memberikan Harapan Hidup Normal kepada orang yang baru Terinfeksi, Sekarang orang yang Terkena Virus kebanyakan orang yang Berusia di atas 50 Tahun, Kata Michael Virata, MD, Direktur Layanan Klinis HIV di Kampus Saint Raphael YNHH.
Tujuan dasarnya adalah untuk Mengobati orang dengan Obat yang sangat Aktif dan Memerangi Virus, Jadi orang yang Terinfeksi akan dibawa ke Titik di mana mereka memiliki Tingkat Penyakit yang tidak Terdeteksi. Pasien mungkin diberi beberapa Kombinasi atau Koktail dari Tiga Obat dan Dokter akan beralih ke Kombinasi Dua Obat.
Dokter bahkan Bekerja lebih lama sehingga orang yang Terinfeksi tidak perlu Minum Pil setiap Hari, Kata Dr. Virata. Beberapa Obat akan diberikan melalui Metode seperti Suntikan yang dapat Melindungi orang selama berminggu-minggu. Mungkin Di Masa Lalu, ada Kontroversi mengenai kapan harus Merawat Pasien yang baru Diteliti, Tetapi Pedoman saat ini merekomendasikan untuk memulai Pengobatan dengan Cara Cepat.
Kata Dr. Virata, Di sekitar Amerika mereka Mendiagnosis orang yang Terinfeksi Virus, Mereka memberikan Dosis Obat Pertama kepada Penderita dan juga Terobosan di luar Pengobatan untuk orang yang Terkena Virus HIV dengan Penyakit Ginjal Stadium Akhir, Operasi yang dilakukan sekarang telah berhasil dan sudah ada Penelitian yang menunjukkan keberhasilan dari Operasi Ginjal dan Hati dengan Donor Positif HIV dari orang yang sudah Meningggal.
Orang yang Terinfeksi mampu menghentikan Penyebaran Virus Dalam Lima hingga Delapan Tahun Terakhir, Jumlah Infeksi yang baru didokumentasikan telah Menurun. Tapi para Dokter melihat hasil secara Tingkat Nasional sekitar 38.000 yang Terinfeksi, itu adalah Jumlah yang sangat banyak dalam setiap Tahun. Pendekatan Utama dalam Pencegahan adalah Penggunaan PrEP (Profilaksis Pra Pajanan). Pendekatan itu didasarkan pada Pemberian Obat yang digunakan untuk Mengobati HIV kepada orang yang tidak Mengidap HIV yang mungkin nantinya Berisiko Tinggi Terkena HIV.
Dalam Upaya Mencegah mereka Tertular Virus, Berbagai Formulasi sudah tersedia seperti Suntikan Jangka Panjang dan Cincin Vagina untuk Wanita. Upaya yang dilakukan di seluruh Dunia itu sangat Penting, Kata Dr. Villanueva. Bagi Calon Ibu yang Mengidap HIV biasanya Menularkan Virus kepada Bayinya ketika mereka Melahirkan, Tetapi uji coba penting yang diikuti Yale menunjukkan bahwa memberi Ibu Obat Antiretroviral yang disebut Azidothymidine (AZT) selama Trimester Ketiga dan Persalinan mengakibatkan Penurunan yang Nyata pada Tingkat Penularan dari Ibu ke Bayi di Amerika.
Pengobatan itu diperkenalkan sebagai Standar Perawatan di Connecticut, Dengan satu Kasus baru Penularan Perinatal sejak 2008. Untuk Penurunan Kasus di antara Pengguna Narkoba yang Tertular HIV ketika mereka berbagi Jarum Suntik, Kasus itu merupakan Pekerjaan yang sangat Awal di Yale yang membantu Merintis Penggunaan Program Pertukaran Jarum Suntik, Mungkin itu juga merupakan Pendekatan Pengurangan Dampak Buruk yang berhasil dan telah dilanjutkan di seluruh Dunia, Kata Dr. Villanueva.
Program itu memberi orang Akses ke Jarum Suntik Steril, Serta cara yang Aman untuk Membuang Jarum Suntik Bekas. Namun, Peringatan Tentang Epidemi Opioid membuat para Dokter mulai melihat Wabah baru HIV di antara orang yang menggunakan Opioid melalui Jarum Suntik. Kata Dr. villanueva Penuaan yang dihadapi orang dengan HIV adalah Bidang Studi yang cukup Baru, Orang yang Berusia 50 Tahun dan telah Hidup dengan HIV untuk waktu yang Lama. Menurut beberapa Perkiraan, Tubuhnya mungkin seperti orang berusia 60 Tahun.
Karena Virus HIV akan mengembangkan Penyakit Kanker, Diabetes, Penyakit Jantung dan Kondisi lain yang lebih awal di Alami daripada jika mereka tidak Positif HIV. Virus akan menyebabkan Peradangan Kronis dalam Tubuh, yang dapat mempercepat Penuaan. Para Dokter mencoba memahami apa prosesnya dan mencari cara bagaimana mereka dapat mengatasinya.
Para Peneliti pun sedang mempelajari apakah Campuran Obat dapat mengurangi permasalahan bagi Pasien seiring bertambahnya usia mereka. Dr. Virata menunjukkan Penelitian Global besar yang melihat Penggunaan Obat Kolesterol sebagai Campuran. Itu adalah Studi Jangka Panjang, tapi mereka sangat menunggu untuk melihat hasil dari Proyek Penelitian. Berkontribusi pada Masalah itu, Beberapa Obat yang digunakan untuk Mengobati HIV dapat menjadi Racun dalam Tubuh.
Kata Dr. Barakat, Ilmu Penelitian dan Strategi Intervensi sangat diperlukan, Mereka masih mempelajari dan menentukan Strategi terbaik untuk meningkatkan Peluang sejauh Pengujian dan Pencegahan. Strategi Tes HIV sangat penting, Sama halnya dengan Tes COVID-19, banyak orang yang memiliki Virus tapi mereka tidak tahu cara mengetahuinya.
Sudah 14% orang dengan HIV di Amerika tidak menyadari bahwa mereka mengidapnya. Gejala tidak selalu menjadi Petunjuk, Karena sekitar Sepertiga orang yang baru Terinfeksi tidak menunjukkan Gejala. Walau sebagian melaporkan Gejala seperti Flu dalam Dua Minggu setelah Terinfeksi, Gejala mereka dapat menularkan Virus kepada orang lain.
Pada Tahun 2006, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan, Menawarkan Tes HIV boleh kepada siapa pun yang berusia antara 18 sampai 65 Tahun yang masuk ke Perawatan Kesehatan dengan alasan apa pun. Setiap orang harus dites HIV dalam setiap Tahun, Jika mereka berisiko lebih tinggi.
Mereka yang menggunakan Narkoba dan berbagi Jarum Suntik atau melakukan Hubungan Seks tanpa Kondom, Tes itu penting untuk mereka karena begitu seseorang didiagnosis Virus mereka lebih baik untuk dirawat karena itu kemungkinan yang kecil untuk menyebarkan Penyakitnya ke orang lain. Spesialis HIV mengatakan ada banyak kesamaan antara HIV dan COVID-19, Untuk kedua Penyakit tersebut, Langkah Pertama adalah melakukan pengujian, langkah Kedua melakukan Pencegahan, kata Dr. Barakat. Jika mereka tahu siapa yang Terinfeksi, Mereka dapat Merawat orang yang Terinfeksi untuk tidak menularkan Virus tersebut kepada orang lain.
Bagi mereka yang tidak Terinfeksi dapat memberi tindakan Pencegahan. Dalam kondisi tersebut membuat orang untuk berhati-hati karena itu adalah Tantangan yang sulit. Tentang banyaknya Penyakit yang Menular, Pencegahan yang paling penting bagi mereka adalah Perilaku Sosialnya. Melihat COVID-19, Keyakinan dan sikap Masyarakat sangat penting ketika mereka menghadapi Epidemi. Mereka Perlu banyak tahu Tentang Pendidikan Publik dan Akses Informasi, Pengujian, serta Pengobatan karena Kedua Kondisi tersebut membutuhkan Vaksin.
Mungkin masih bertahun-tahun lagi, para Dokter berharap akan ada Vaksin HIV dalam hidup mereka, Walau sudah banyak kemajuan telah dibuat untuk Vaksin COVID-19. Namun dalam hal itu mereka juga memiliki Kekhawatiran Tentang Vaksin yang tidak semua orang akan mendapatkannya. Cara untuk melibatkan orang-orang dalam kondisi Pandemi, Dokter ataupun Pasien perlu membangun kepercayaan dan bertanggung jawab untuk menjaga diri mereka sendiri dan semua orang yang ada di sekitar mereka agar tetap aman.